PMW 2017 TAMARINDUS DRINK

Lahir 15 mei 2017 sejak diumumkan lolos dan didanai Rp 2.750.000

Logo

Sebagai mahasiswi penerima beasiswa bidikmisi memang diharapkan ikut dalam ajang PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) atau PMW (Program Mahasiswa Wirausaha). Yah, mau tidak mau saya coba-coba ikut PMW dengan niat menggugurkan kewajiban bidikmisi saja (saat itu). Saya dengan rekan saya (Erina Kesmas 2015 dan Rizky Agribisnis 2015) yang sama-sama penerima beasiswa tersebut berniat membuat minuman untuk menurunkan kolesterol. Saya pribadi si ngga mengharapkan proposal yang kami buat lolos, ya pokoknya ngga ada gambaran kalau proposal ini lolos. Toh saya cuman berniat menggugurkan kewajiban saja. Bikin proposal pun ngga mudah teman-teman banyak syarat ini itu di samping kita menggagas suatu ide atau produk unik yang sekiranya belum ada sebelumnya. Waktu itu kami membuat proposal bulan Maret untuk deadline pertengahan April. Kami punya ide membuat minuman sari asam jawa untuk menurunkan kolesterol. Seleganya proposal tadi dikumpulkan, saya sedikit terbebas dari tanggungan selama kuliah. Akhir April tepatnya tanggal 27, pengumuman PMW 2017 ditempel di mading Fak. Ilmu Kesehatan. Saya si ngga ada niat liat siapa yang lolos, toh saya ngga bakal lolos. Sampai saatnya ketua PMW saya (Erina) membawa kabar proposal tim kami lolos dan diharapkan melakukan presentasi terkait produk yang akan kami buat pada awal Mei. Lalu, 15 Mei lagi-lagi saya tidak percaya tim kami lolos dari hasil pengumuman presentasi (padahal waktu itu dibilangin sama dosen pembimbing dan dosen penguji itu peluang GAGALnya besar, tim kami juga beberapa kali kesulitan menjawab pertanyaan). Speechless. Tubuh rasanya kosong, otak ngga bisa mikir. Saat itu juga terlampir semua kelompok yang lolos dari seluruh fakultas dan sejumlah uang dana yang akan dicairkan untuk setiap tim. Daaaaan tim saya didanai Rp 2.750.000. OMG OMG! (Duhhh. Udahlah gausah dilanjutin *dalam hati saya). Rekan saya pun ngga nyangka proposal yang seadanya itu lolos. Kami bertiga butuh waktu untuk memikirkan kedepannya. Entah proposal ini mau dilanjutkan atau berhenti dan mengundurkan diri. 

Saya minta saran ke Fais (Fais siapa? Baca postingan sebelah).
Saya: ‘Masa PMWku lolos didanai 2.75jt, aku nggamau. Takut ga bisa ngejalanin amanah, ga bisa jualan’
Kang ojek pribadi pas di Semarang: “Ambil aja gapapa.. Jalani aja dulu, sama kaya pertama kali L*R lama-lama bisa.”
Saya: ‘Tapi kalo gagal kamu jangan ketawain aku L
Kang ojek pribadi pas di Semarang: “Gak gagal, udah yakin aja”


Saran dari Fais lumayan bikin aku ngga pesimis lagi, tapi masih galau. Setelah berpikir panjang dan menemui jalan buntu, kami konsultasi dengan dosen pembimbing dan kakak kelas yang pernah ikut ajang PMW ini. Ya gimana ya, kapan mau maju kalau kita cuma berjalan di tempat. Oke seribu langkah dimulai hari ini. Memantapkan hati kami bertiga, kami memutuskan untuk mengambil kesempatan ini. Mungkin bagi banyak teman, PMW ini ajang bergengsi yang membuat mahasiswa dapat menggali potensi entrepreneurship dan kemandirian. Tapi berbeda dengan saya yang awalnya malas, enggan dan pesimis ikut ajang ini. Setelah itu kami melewati tahap pembekalan PMW, pembuatan rekening untuk mencairkan dana usaha yang cukup lama prosesnya. Inisiatif dengan semangat entah dari mana, kami memulai usaha dengan iuran Rp 150.000. Sebagai ketua (Erina) memang mengurus ini itu yang langsung berhubungan dengan dosen. Saya sebagai sekertaris, bendahara sekaligus berperan dalam promosi. Rizky bagian produksi (tapi semua ikut bantu produksi kok). Kami mulai berjualan saat event Sunday Morning di GOR Satria Purwokerto sambil menunggu dana hibah dari Unsoed. Tamarindus Drink. Minuman segar yang banyak manfaatnya. Hargaya Rp 5.000/botol (250ml). Berbahan dasar asam jawa, gula merah dan madu yang menambah khasiat minuman ini. 
Contoh Label dan Brosur Produk kami
Label, tampak depan.

Tamarindus ini selain menyegarkan juga banyak manfaat loh.. Ngga percaya? baca ini niiih. Masih ngga percaya? Yuk cobain minuman menyehatkan hasil produk kami. Hubungi CP yang tertera di label maupun brosur ya..

Label, tampak belakang.


Brosur & X-Banner


Tidak lama kemudian tanggal 14 dan 18 Agustus total pencairan dana Rp 2.200.000 untuk modal usaha kami. Nanti 20% sisanya akan dicairkan saat kami ikut expo se-Unsoed. Setiap minggu kami berjualan di Sunmor GOR dan melakukan sistem Pre-order. Berjualan itu tidak mudah teman. Eh bukan. Nyari duit itu bukannya sulit tapi tidak mudah teman. Nawarin sana sini, ditolak sana sini pula. Tapi harus tetep semangat. Sampai akhirnya pertengahan September diadakan monev (monitoring dan evaluasi). Kami sempat ditanya dosen pembimbing, 'Sudah berapa keuntungannya?' kami bertiga cuma senyam senyum. 'Nanti untungnya bisa buat beli avanza ya' begitu doa beliau. Saya spontan meringis. Apalah usaha kami ini pak, tapi doa bapak tetap saya aamiinkan J

Sedikit demi sedikit tanpa sadar saya mengukir pengalaman yang membuat saya lebih percaya diri dan optimis. Sudahkah saya bersyukur? Selalu saya tanamkan itu dalam diri saya. Orang tua ndak mampu kuliahin saya sampe di perguruan tinggi. Udahlah ndak usah tanya siapa orang tua saya, toh mereka cuma lulusan STM/SMA sederajat (bapak) dan SMP (ibu). Saya ngemis sama negara, kalau bukan berkat bidikmisi saya ndak bisa mengais ilmu dijenjang lanjut. Kuliah gratis, setiap bulan dijatah Rp 650.000. Ngajuin proposal doang dikasih duit. Kurang baik apa negara sama kita? Yuk, teman-teman bikin PKM/PMW. Bermanfaat banget buat kalian. Serius. Tidak bohong. Ora ngapusi. Saya yakin dan udah buktiin. Dirangkul teman-temannya, adik kelasnya ikutan ajang tersebut. Semoga bermanfaat J


Tamarindus Drink hasil produk kami

0 komentar:

CONTOH PAMFLET DONOR DARAH



















0 komentar:

CONTOH LEAFLET TUBERCULOSIS



0 komentar:

PLANNED BEHAVIOR THEORY

TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH PERILAKU KESEHATAN
TEORI TINDAKAN YANG DIRENCANAKAN (PLANNED BEHAVIOR THEORY)






Disusun oleh:
Kelompok 4, Kelas  A

Rafif Elno Fauzan                I1A015028
Sasmita Dwi Ramadhani      I1A015055
Nurma Kurniawati               I1A015057
Riyan Istiqomah                    I1A015059
Sekar Ratri Aningdyah        I1A015062
Linda Rossita Wanti             I1A015073
Tri Kurniawati                      I1A015085
Pradina Mutia Abdilla          I1A015088
Nur Fauzan Azhima             I1A015093


KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2017
A.    Sejarah
Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Fokus utama dari teori planned behavior ini  sama  seperti  reason action theory yaitu  intensi  individu  untuk  melakukan perilaku tertentu. Intensi dianggap dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku.
Reason action theory mengatakan ada dua faktor penentu intensi yaitu sikap pribadi dan norma subjektif. Sikap merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu. Sedangkan norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu. Namun Ajzen berpendapat bahwa reason action theory belum dapat menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada di bawah kontrol seseorang. Karena itu dalam theory of planned behavior Ajzen menambahkan satu faktor yang menentukan intensi yaitu perceived behavioral control. Perceived behavioral control merupakan persepsi individu terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu (Ajzen, 2005). Faktor ini menurut Ajzen mengacu pada persepsi  individu  mengenai  mudah  atau  sulitnya  memunculkan  tingkah  laku tertentu dan diasumsikan merupakan refleksi dari pengalaman masa lalu dan juga hambatan yang diantisipasi. Menurut Ajzen (2005) ketiga faktor ini yaitu sikap, norma  subjektif,  dan  perceived  behavioral  control  dapat  memprediksi  intensi individu dalam melakukan perilaku tertentu.

B.     Definisi dan Komponen
Theory of planned behavior adalah teori yang menekankan pada rasionalitas dari tingkah laku manusia juga pada keyakinan bahwa target tingkah laku berada di bawah kontrol kesadaran individu.  Perilaku tidak hanya bergantung  pada intensi seseorang, melainkan juga pada faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).
Komponen Theory of Planned Behavior
Gambar 1. Theory of Planned Behavior Model
Beberapa komponen dalam teori ini berdasarkan skema di atas yaitu:
1.      Behavioral belief yang memengaruhi attitude toward behavior. Behavioral belief adalah hal-hal yang diyakini individu mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif  atau kecenderungan untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku. Sedangkan attitude toward behavior  yaitu sikap individu terhadap suatu perilaku diperoleh dari keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku tersebut.
2.      Normative belief yang memengaruhi subjective normsNormative belief adalah norma yang dibentuk orang-orang di sekitar individu yang akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sedangkan subjective norms didefinisikan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Subjective norms ini identik dengan belief dari seseorang tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah individu perlu, harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku, dan memotivasi individu untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut (Michener, Delamater, & Myers, 2004).
3.      Control belief yang memengaruhi perceived behavior controlControl belief adalah pengalaman pribadi, atau orang di sekitar akan mempengaruhi pengambilan keputusan individu. Perceived behavioral control adalah keyakinan bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak pernah melaksanakan perilaku tertentu. Percieved behavior control juga diartikan persepsi individu mengenai kontrol yang dimiliki individu tersebut sehubungan dengan tingkah laku tertentu (Ismail dan Zain, 2008).

C.    Kelebihan dan Kelemahan Theory of Planned Behavior
1.      Kelebihan
a)      Teori ini dapat memberi pegangan untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang operasional. Hal ini memudahkan berbagai tipe pencegahan yang dapat dipertimbangkan. Sasaran teori ini adalah prediksi perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah kendali seseorang.
b)      Teori ini juga relative mudah diaplikasikan pada pengggunaan substansi tertentu seperti rokok, narkoba, alcohol, perilaku makan, penggunaan kondon, dan lain sebagainya.
2.      Kelemahan
a)      Teori ini masih relatif baru dan kurang banyak digunakan dan kurang banyak dikenal.
b)      Selain itu pemanfaatan teori ini membutuhkan bantuan atau control dari orang lain. Orang lain sangat berpengaruh terhadap komponen teori ini.

D.    Aplikasi Penerapan Theory of Planned Behavior
Penelitian sebelumnya menggunakan teori ini dalam mengetahui ada tidaknya pengaruh hubungan independen antara indentitas diri individu dengan niatan atau rencana berperilaku. Hal ini dilakukan karena keragu-raguan terhadap pengaruh sikap individu dalam konsumsi sayuran organik yang dihasilkan negara. Hal ini berart intensi dan perilaku yang diteliti adalah konsumsi sayuran organik.
a)      Attitude Toward Behavior
Masyarakat United States bereaksi terhadap sayuran organik. Sayuran organik dianggap solusi akan kekhawatiran penggunaan nitrogen sintetis yang telah meningkat enam kali lipat dan produksi pestisida telah meningkat sekitar dua puluh kali.
b)     Subjective Norms
Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk makanan yang diproduksi secara organik seperti buah organik yang dihasilkan dan vegetasi khusus. Saat ini diperkirakan perintah harga premium semakin mengingkat. Banyaknya orang yang melakukan hal tersebut turut memengaruhi keputusan individu dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi demi konsumsi sayuran organik.
c)      Perceived Behavioral Control
Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik terjadi sejak akhir perang dunia II di United States. Hal ini membuat waspada individu dan memutuskan mengkonsumsi yang aman.
Dewasa ini, teori ini juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti pencegahan perilaku merokok. Komponen attitude toward behavior dari pencegahan perilaku merokok adalah membuat perokok percaya akan hal postitif dan negatif dari merokok sehingga ia memiliki kecenderungan untuk  sadar akan konsekuensi merokok. Komponen subjective norms adalah orang-orang di sekitar perokok yang diminta atau dibuat untuk mendukung perokok berhenti merokok; perokok juga distimulasi agar menginternalisasi bahwa ia harus berhenti merokok. Lalu, komponen   perceived behavioral control adalah penggalian pengalaman buruk akibat merokok serta mendukung perokok agar mengontrol perilaku merokoknya.
E.     Telaah Jurnal
1.      Identitas Jurnal
Nama penulis   : Siswoyo
Judul Jurnal     : Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Pengetahuan, Intensi dan Sick Role Behavior pada Pasien Katarak dengan Pendekatan Model Theory of Planned Behaviour Ajzen
Penerbit           : Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember
Edisi                : Vol. 3 No. 2, November 2015
Halaman          : 198-210
2.      Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh psikoedukasi terhadap sick role behaviour pada pasien katarak.
3.      Metode
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment dengan rancangan pre-post test control group design. Populasi adalah pasien katarak Desa Kencong, wilayah kerja Puskesmas Kencong. Instrumen yang digunakan:
a.       Kuesioner A untuk mengumpulkan data demografi meliputi kode responden, usia, pendidikan, dan pekerjaan.
b.      Kuesioner B untuk mengukur pengetahuan pasien tentang katarak. Terdapat 20 pernyataan benar dan salah. Skor tertinggi bernilai 18.
c.       Kuesioner C untuk mengukur intensi pasien katarak melakukan sick role behaviour yang konstruktif. Terdapat 20 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 20.
d.      Kuesioner D untuk mengukur upaya merespon indikasi penyakit katarak. Terdapat 6 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 6.
e.       Kuesioner E untuk mengukur tindakan memantau kondisi internal akibat penyakit katarak. Terdapat 6 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 6.
f.       Kuesioner F untuk mengukur tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis. Terdapat 9 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 9.
4.      Variabel
a.    Variabel independen adalah psikoedukasi
b.    Variabel dependen adalah intensi dan sick role behaviour yang meliputi: upaya merespon indikasi penyakit katarak, tindakan memantau kondisi internal akibat penyakit katarak, dan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
Pembahasan variabel di dalam jurnal:
1)      Variabel Independen
a.       Pengaruh psikoedukasi terhadap pengetahuan pasien katarak
Intervensi psikoterapik dan edukasi dalam penelitian ini difokuskan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang katarak, meningkatkan penerimaan pasien terhadap katarak, meningkatkan partisipasi dalam pengobatan katarak, dan mengembangkan coping mecanism pasien katarak dalam menghadapi masalah yang muncul akibat katarak.
b.      Pengaruh psikoedukasi terhadap intensi pasien katarak
Perilaku dilandasi oleh suatu niat (intention), artinya bahwa sikap dan perilaku dapat diubah dengan memodifikasi sistem keyakinan dominan yang mendasarinya (underlying belief systems, modal salient belief), yang dimaksud dengan “modal belief” dalam hal ini adalah keyakinan-keyakinan yang kuat untuk memunculkan niat untuk mengubah perilaku pasien. Psikoedukasi meningkatkan intensi pasien katarak untuk berperilaku peran sakit yang diharapkan.
c.       Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak
Psikoedukasi meningkatkan secara bermakna perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak. Psikoedukasi dilakukan agar pasien-pasien yang masih katarak immatur dapat berperilaku peran sakit yang diharapkan dan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada pasien agar mau memperhatikan penyakitnya agar tidak terlambat penanganannya.
d.      Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau kondisi internal akibat penyakit katarak
Perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau kondisi internal akibat penyakit katarak adalah upaya yang dilakukan pasien katarak untuk selalu memperhatikan perkembangan kataraknya dan selalu menjaga kesehatan fisiknya secara umum agar tidak semakin parah kataraknya. Untuk melakukan upaya ini pasien diharapkan selalu melakukan kontrol kataraknya ke dokter mata untuk melihat sejauh mana perkembangan kataraknya dan untuk mengetahui kemungkinan ada penyakit lain yang berkaitan dengan kataraknya.
e.       Pengaruh psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa psikoedukasi mampu meningkatkan perilaku peran sakit pasien katarak dalam melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
f.        Pengaruh psikoedukasi terhadap sick role behaviour pada pasien katarak
Secara khusus definisi perilaku peran sakit juga dapat berlaku pada pasien katarak. Sehingga definisi perilaku peran sakit pada pasien katarak adalah suatu cara yang berbeda-beda yang dilakukan pasien katarak dalam melakukan:
1)      Upaya merespon indikasi penyakit katarak.
2)      Tindakan memantau kondisi internal akibat penyakit katarak.
3)      Tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
2)      Variabel Dependen
Variabel ini timbul akibat adanya pengaruh faktor beliefs (behavioural, normative, control). Beliefs dipengaruhi oleh background factor yang meliputi personal (nilai, emosi, kecerdasaan), sosial (umur, jenis kelamin, ras, budaya, pendapatan, dan agama) dan informasi (pengetahuan, pengalaman, media).
5.      Kesimpulan Jurnal
Psikoedukasi dapat meningkatkan: 1) pengetahuan pasien katarak, karena psikoedukasi menambah pemahaman pasien tentang penyakit katarak dan penatalaksanaannya, 2) intensi pasien katarak, karena memperkuat keyakinan pasien katarak untuk melakukan sick role behaviour yang benar, 3) perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak, karena pasien diajarkan untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit katarak dan bagaimana melakukan upaya mengatasi tanda dan gejala tersebut, 4) perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau kondisi internal akibat penyakit katarak, karena diberikan pemahaman tentang komplikasi katarak dan pengaruh penyakit kencing manis, darah tinggi dan merokok terhadap katarak, 5) perilaku peran sakit pasien katarak melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis, karena diajarkan tentang bagaimana penanganan katarak jika sudah matur, memantapkan hati pasien untuk melakukan operasi katarak dan upaya mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, 6) sick role behaviour pada pasien katarak, karena pasien diajarkan tentang perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit katarak, memantau kondisi internal akibat penyakit katarak, dan melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.




DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. 2005. Attitudes, Personality and Behavior, 2nd Edition. Berkshire, GBR: McGraw-Hill Professional Publishing.
Michener, H., Delamater, Daniel J, John, Myers. 2004. Social Psychologi 5th. United Stated: Thomson Learning, Inc.
Ismail, V. Y., & Zain, E. 2008. Peranan Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral Control terhadap Intensi Pelajar SLTA untuk Memilih Fakultas Ekonomi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5(3).


0 komentar: