CONTOH PAMFLET DONOR DARAH
CONTOH PAMFLET DONOR DARAH
CONTOH LEAFLET TUBERCULOSIS
CONTOH LEAFLET TUBERCULOSIS
PLANNED BEHAVIOR THEORY
PLANNED BEHAVIOR THEORY
TUGAS
TERSTRUKTUR
MATA
KULIAH PERILAKU KESEHATAN
TEORI TINDAKAN
YANG DIRENCANAKAN (PLANNED
BEHAVIOR THEORY)
Disusun oleh:
Kelompok 4, Kelas
A
Rafif Elno
Fauzan I1A015028
Sasmita Dwi
Ramadhani I1A015055
Nurma Kurniawati I1A015057
Riyan
Istiqomah I1A015059
Sekar
Ratri Aningdyah I1A015062
Linda Rossita Wanti I1A015073
Tri Kurniawati I1A015085
Pradina Mutia
Abdilla I1A015088
Nur Fauzan
Azhima I1A015093
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI
FAKULTAS
ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
A.
Sejarah
Theory of planned
behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh
Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason
action theory yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Fokus utama dari
teori planned behavior ini sama
seperti reason action theory yaitu
intensi individu untuk melakukan perilaku tertentu. Intensi dianggap
dapat melihat faktor-faktor motivasi yang mempengaruhi perilaku. Intensi
merupakan indikasi seberapa keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa
besar usaha yang akan dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku.
Reason
action theory mengatakan ada dua faktor penentu
intensi yaitu sikap pribadi dan norma subjektif. Sikap merupakan evaluasi
positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu. Sedangkan norma
subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial untuk melakukan
atau tidak melakukan perilaku tertentu. Namun Ajzen berpendapat bahwa reason action theory belum dapat
menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada di bawah kontrol
seseorang. Karena itu dalam theory of
planned behavior Ajzen menambahkan satu faktor yang menentukan intensi
yaitu perceived behavioral control. Perceived behavioral control merupakan
persepsi individu terhadap kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku
tertentu (Ajzen, 2005). Faktor ini menurut Ajzen mengacu pada persepsi individu
mengenai mudah atau
sulitnya memunculkan tingkah
laku tertentu dan diasumsikan merupakan refleksi dari pengalaman masa
lalu dan juga hambatan yang diantisipasi. Menurut Ajzen (2005) ketiga faktor
ini yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived
behavioral control dapat
memprediksi intensi individu
dalam melakukan perilaku tertentu.
B.
Definisi dan Komponen
Theory
of planned behavior adalah teori yang menekankan pada
rasionalitas dari tingkah laku manusia juga pada keyakinan bahwa target tingkah
laku berada di bawah kontrol kesadaran individu. Perilaku tidak hanya bergantung pada intensi seseorang, melainkan juga pada
faktor lain yang tidak ada dibawah kontrol dari individu, misalnya ketersediaan
sumber dan kesempatan untuk menampilkan tingkah laku tersebut (Ajzen, 2005).
Komponen Theory of Planned
Behavior
Gambar
1. Theory of Planned Behavior Model
Beberapa komponen dalam teori ini berdasarkan skema di atas yaitu:
1.
Behavioral
belief yang memengaruhi attitude toward
behavior. Behavioral belief adalah hal-hal yang diyakini individu
mengenai sebuah perilaku dari segi positif dan negatif atau kecenderungan
untuk bereaksi secara afektif terhadap suatu perilaku. Sedangkan attitude
toward behavior yaitu sikap individu terhadap suatu perilaku
diperoleh dari keyakinan terhadap konsekuensi yang ditimbulkan oleh perilaku
tersebut.
2. Normative belief yang
memengaruhi subjective norms. Normative belief adalah
norma yang dibentuk orang-orang di sekitar
individu yang akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan. Sedangkan subjective
norms didefinisikan sebagai adanya persepsi individu terhadap tekanan
sosial yang ada untuk menunjukkan atau tidak suatu perilaku. Subjective
norms ini identik dengan belief dari seseorang
tentang reaksi atau pendapat orang lain atau kelompok lain tentang apakah
individu perlu, harus, atau tidak boleh melakukan suatu perilaku, dan memotivasi
individu untuk mengikuti pendapat orang lain tersebut (Michener, Delamater,
& Myers, 2004).
3. Control belief yang
memengaruhi perceived behavior control. Control belief adalah
pengalaman pribadi, atau orang di sekitar akan
mempengaruhi pengambilan keputusan individu. Perceived behavioral
control adalah keyakinan bahwa individu pernah melaksanakan atau tidak
pernah melaksanakan perilaku tertentu. Percieved behavior control juga
diartikan persepsi individu mengenai kontrol yang dimiliki individu tersebut
sehubungan dengan tingkah laku tertentu (Ismail dan Zain, 2008).
C. Kelebihan dan
Kelemahan Theory of Planned Behavior
1.
Kelebihan
a)
Teori ini dapat memberi pegangan
untuk menganalisa komponen perilaku dalam item yang operasional. Hal ini
memudahkan berbagai tipe pencegahan yang dapat dipertimbangkan. Sasaran teori
ini adalah prediksi perilaku yang dapat diamati secara langsung dan dibawah
kendali seseorang.
b)
Teori ini juga relative mudah
diaplikasikan pada pengggunaan substansi tertentu seperti rokok, narkoba,
alcohol, perilaku makan, penggunaan kondon, dan lain sebagainya.
2. Kelemahan
a)
Teori ini masih relatif baru dan
kurang banyak digunakan dan kurang banyak dikenal.
b)
Selain itu pemanfaatan teori ini
membutuhkan bantuan atau control dari orang lain. Orang lain sangat berpengaruh
terhadap komponen teori ini.
D.
Aplikasi Penerapan
Theory of Planned Behavior
Penelitian sebelumnya menggunakan teori ini dalam
mengetahui ada tidaknya pengaruh hubungan independen antara indentitas diri
individu dengan niatan atau rencana berperilaku. Hal ini dilakukan karena
keragu-raguan terhadap pengaruh sikap individu dalam konsumsi sayuran organik
yang dihasilkan negara. Hal ini berart intensi dan perilaku yang diteliti
adalah konsumsi sayuran organik.
a) Attitude Toward Behavior
Masyarakat United States bereaksi terhadap sayuran
organik. Sayuran organik dianggap solusi akan kekhawatiran penggunaan nitrogen
sintetis yang telah meningkat enam kali lipat dan produksi pestisida telah
meningkat sekitar dua puluh kali.
b) Subjective Norms
Banyak orang bersedia membayar premi besar untuk
makanan yang diproduksi secara organik seperti buah organik yang dihasilkan dan
vegetasi khusus. Saat ini diperkirakan perintah harga premium semakin
mengingkat. Banyaknya orang yang melakukan hal tersebut turut memengaruhi
keputusan individu dalam masyarakat tersebut untuk turut membayar tinggi demi
konsumsi sayuran organik.
c) Perceived Behavioral Control
Pengalaman individu dalam konsumsi sayuran organik
terjadi sejak akhir perang dunia II di United States. Hal ini membuat waspada individu dan memutuskan mengkonsumsi yang aman.
Dewasa ini, teori
ini juga dapat diterapkan untuk beberapa perilaku sehat lainnya, seperti
pencegahan perilaku merokok. Komponen attitude toward behavior dari
pencegahan perilaku merokok adalah membuat perokok percaya akan hal postitif
dan negatif dari merokok sehingga ia memiliki kecenderungan untuk sadar
akan konsekuensi merokok.
Komponen subjective norms adalah orang-orang di sekitar perokok yang diminta atau dibuat untuk mendukung perokok berhenti
merokok; perokok juga distimulasi agar menginternalisasi bahwa ia harus
berhenti merokok. Lalu, komponen perceived behavioral
control adalah penggalian pengalaman buruk akibat merokok serta
mendukung perokok agar mengontrol perilaku merokoknya.
E.
Telaah
Jurnal
1. Identitas Jurnal
Nama penulis : Siswoyo
Judul Jurnal :
Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Pengetahuan, Intensi dan Sick Role Behavior pada Pasien Katarak dengan Pendekatan Model Theory of Planned Behaviour Ajzen
Penerbit : Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember
Edisi : Vol. 3 No. 2, November 2015
Halaman : 198-210
2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi pengaruh psikoedukasi terhadap sick role behaviour pada
pasien katarak.
3. Metode
Desain
penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment dengan rancangan pre-post
test control group design. Populasi adalah pasien katarak Desa Kencong,
wilayah kerja Puskesmas Kencong. Instrumen yang digunakan:
a. Kuesioner
A untuk mengumpulkan data demografi meliputi kode responden, usia, pendidikan,
dan pekerjaan.
b. Kuesioner
B untuk mengukur pengetahuan pasien tentang katarak. Terdapat 20 pernyataan
benar dan salah. Skor tertinggi bernilai 18.
c. Kuesioner
C untuk mengukur intensi pasien katarak melakukan sick role behaviour yang
konstruktif. Terdapat 20 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi
bernilai 20.
d. Kuesioner
D untuk mengukur
upaya merespon indikasi penyakit katarak. Terdapat 6 pernyataan setuju dan
tidak setuju. Skor tertinggi bernilai
6.
e. Kuesioner
E untuk mengukur tindakan memantau kondisi internal akibat penyakit katarak.
Terdapat 6 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 6.
f.
Kuesioner F untuk
mengukur tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
Terdapat 9 pernyataan setuju dan tidak setuju. Skor tertinggi bernilai 9.
4.
Variabel
a. Variabel
independen adalah psikoedukasi
b. Variabel
dependen adalah intensi dan sick role behaviour yang meliputi: upaya
merespon indikasi penyakit katarak, tindakan memantau kondisi internal akibat
penyakit katarak, dan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber
perawatan medis.
Pembahasan variabel di dalam jurnal:
1) Variabel Independen
a. Pengaruh
psikoedukasi terhadap pengetahuan pasien katarak
Intervensi psikoterapik dan edukasi
dalam penelitian ini difokuskan dalam rangka untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang katarak, meningkatkan penerimaan pasien terhadap katarak,
meningkatkan partisipasi dalam pengobatan katarak, dan mengembangkan coping
mecanism pasien katarak dalam menghadapi masalah yang muncul akibat
katarak.
b. Pengaruh
psikoedukasi terhadap intensi pasien katarak
Perilaku dilandasi oleh suatu niat
(intention), artinya bahwa sikap dan perilaku dapat diubah dengan
memodifikasi sistem keyakinan dominan yang mendasarinya (underlying belief
systems, modal salient belief), yang dimaksud dengan “modal belief”
dalam hal ini adalah keyakinan-keyakinan yang kuat untuk memunculkan niat untuk
mengubah perilaku pasien. Psikoedukasi meningkatkan intensi pasien katarak
untuk berperilaku peran sakit yang diharapkan.
c. Pengaruh
psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon
indikasi penyakit katarak
Psikoedukasi meningkatkan secara
bermakna perilaku peran sakit pasien katarak dalam merespon indikasi penyakit
katarak. Psikoedukasi dilakukan agar pasien-pasien
yang masih katarak immatur dapat berperilaku peran sakit yang diharapkan
dan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada pasien agar mau
memperhatikan penyakitnya agar tidak terlambat penanganannya.
d. Pengaruh
psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau
kondisi internal akibat penyakit katarak
Perilaku peran sakit pasien katarak
dalam memantau kondisi internal akibat penyakit katarak adalah upaya yang
dilakukan pasien katarak untuk selalu memperhatikan perkembangan kataraknya dan
selalu menjaga kesehatan fisiknya secara umum agar tidak semakin parah
kataraknya. Untuk melakukan upaya ini pasien diharapkan selalu melakukan
kontrol kataraknya ke dokter mata untuk melihat sejauh mana perkembangan
kataraknya dan untuk mengetahui kemungkinan ada penyakit lain yang berkaitan
dengan kataraknya.
e. Pengaruh
psikoedukasi terhadap perilaku peran sakit pasien katarak melakukan tindakan
perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa psikoedukasi mampu meningkatkan perilaku peran sakit pasien
katarak dalam melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber
perawatan medis.
f.
Pengaruh psikoedukasi
terhadap sick role behaviour pada pasien katarak
Secara khusus definisi perilaku
peran sakit juga dapat berlaku pada pasien katarak. Sehingga definisi perilaku
peran sakit pada pasien katarak adalah suatu cara yang berbeda-beda yang
dilakukan pasien katarak dalam melakukan:
1) Upaya
merespon indikasi penyakit katarak.
2) Tindakan
memantau kondisi internal akibat penyakit katarak.
3) Tindakan
perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis.
2) Variabel Dependen
Variabel
ini timbul akibat adanya pengaruh faktor beliefs (behavioural, normative,
control). Beliefs dipengaruhi oleh background factor yang meliputi
personal (nilai, emosi, kecerdasaan), sosial (umur, jenis kelamin, ras, budaya,
pendapatan, dan agama) dan informasi (pengetahuan, pengalaman, media).
5. Kesimpulan Jurnal
Psikoedukasi
dapat meningkatkan: 1) pengetahuan pasien katarak, karena psikoedukasi menambah
pemahaman pasien tentang penyakit katarak dan penatalaksanaannya, 2) intensi
pasien katarak, karena memperkuat keyakinan pasien katarak untuk melakukan sick
role behaviour yang benar, 3) perilaku peran sakit pasien katarak dalam
merespon indikasi penyakit katarak, karena pasien diajarkan untuk mengetahui
tanda dan gejala penyakit katarak dan bagaimana melakukan upaya mengatasi tanda
dan gejala tersebut, 4) perilaku peran sakit pasien katarak dalam memantau
kondisi internal akibat penyakit katarak, karena diberikan pemahaman tentang
komplikasi katarak dan pengaruh penyakit kencing manis, darah tinggi dan
merokok terhadap katarak, 5) perilaku peran sakit pasien katarak melakukan
tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai sumber perawatan medis, karena
diajarkan tentang bagaimana penanganan katarak jika sudah matur,
memantapkan hati pasien untuk melakukan operasi katarak dan upaya mendekatkan
diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, 6) sick role behaviour pada pasien
katarak, karena pasien diajarkan tentang perilaku peran sakit pasien katarak
dalam merespon indikasi penyakit katarak, memantau kondisi internal akibat
penyakit katarak, dan melakukan tindakan perbaikan dan memanfaatkan berbagai
sumber perawatan medis.
DAFTAR PUSTAKA
Ajzen,
I. 2005. Attitudes, Personality and
Behavior, 2nd Edition. Berkshire, GBR: McGraw-Hill Professional Publishing.
Michener,
H., Delamater, Daniel J, John, Myers. 2004. Social
Psychologi 5th. United Stated: Thomson Learning, Inc.
Ismail,
V. Y., & Zain, E. 2008. “Peranan
Sikap, Norma Subjektif, dan Perceived Behavioral
Control terhadap Intensi Pelajar SLTA untuk Memilih Fakultas Ekonomi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 5(3).
HUMAN ORGANIZATION TECHNOLOGY (HOT) FIT MODEL
HUMAN ORGANIZATION TECHNOLOGY (HOT) FIT MODEL
TUGAS
TERSTRUKTUR SISTEM INFORMASI KESEHATAN
HUMAN
ORGANIZATION TECHNOLOGY (HOT) FIT MODEL
Disusun oleh :
Kelompok
4
Kelas
A
Desi Fira Rahmawati I1A015013
Ersylan Suciati Devi I1A015039
Ika Putri Rimadani I1A015045
Nafiah Nuzul F. I1A015047
Hanawindra Saraswati I1A015051
Rakhmaningtyas I1A015053
Sasmita Dwi Ramadhani I1A015055
Nurma Kurniawati I1A015057
KEMENTERIAN
RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
ILMU - ILMU KESEHATAN
JURUSAN
KESEHATAN MASYARAKAT
PURWOKERTO
2017
Human Organization
Technology (HOT) Fit Model ini dikemukakan
oleh Yusof M.M., Paul RJ dan Stregioulas, L. K (2006), dasar pemikiran model
ini berasal dari model evaluasi sistem informasi DeLone McLean (2003) (Kardha, 2012). Yusof
(2006), mengemukakan model evaluasi
ini memperjelas semua komponen yang terdapat dalam sistem informasi itu sendiri.
Model ini terdapat tiga komponen penting dan mendasar yang mempengaruhi
keberhasilan dalam adopsi sistem informasi. Tiga komponen dasar tersebut
meliputi Proses Bisnis Organisasi (Bussiness process), Manusia (People)
dan Teknologi Informasi (Information Technology) atau secara umum dapat
disebutkan bahwa komponen Manusia (Human), Organisasi (Organization)
dan Teknologi (Technology) adalah komponen-kompoenen penting dalam
keberhasilan penerapan Sistem Informasi.
1. Komponen Manusia (Human)
Komponen manusia menilai
sistem informasi dari sisi penggunaan sistem (system use) pada frekwensi dan
luasnya fungsi dan penyelidikan sistem informasi. System use juga
berhubungan dengan siapa yang menggunakan (who use it), tingkat
penggunanya (level of user), pelatihan, pengetahuan, harapan dan sikap
menerima (acceptance) atau menolak (resistance) sistem.
Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user
satisfaction). Kepuasan pengguna adalah keseluruhan evaluasi dari
pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak
potensial dari sistem informasi. User satisfaction dapat dihubungkan dengan
persepsi manfaat (usefulness) dan sikap pengguna terhadap sistem
informasi yang dipengaruhi oleh karakteristik personal.
2. Komponen Organisasi (Organization)
Organisasi (Organization) yang menilai sebuah
sistem dari aspek
struktur organisasi dan
lingkungan organisasi. Struktur organisasi terdiri dari tipe, kultur, politik, hierarki,
perencanaan dan pengendalian sistem, strategi, manajemen dan komunikasi. Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan dukungan
staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan sistem.
Sedangkan lingkungan organisasi terdiri dari sumber pembiayaan, pemerintahan,
politik, kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.
3. Komponen Teknologi (Technology)
Komponen teknologi terdiri
dari kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information
quality) dan kualitas layanan (service quality). Kualitas sistem
dalam sistem informasi menyangkut keterkaitan fitur dalam sistem
termasuk performa sistem dan user interface. Kemudahan penggunaan
(ease of use), kemudahan untuk dipelajari (ease of learning), response
time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas
merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas informasi berfokus pada informasi
yang dihasilkan oleh sistem informasi termasuk rekam medis pasien, laporan dan
peresepan. Kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kualitas
informasi antara lain adalah kelengkapan, keakuratan, ketepatan waktu,
ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry. Sedangkan kualitas layanan berfokus pada keseluruhan
dukungan yang diterima oleh service provider sistem atau teknologi.
Service quality dapat dinilai dengan kecepatan respon, jaminan, empati
dan tindak lanjut layanan (Yusof et al.,
2006).
Menurut Poulan, dkk (2014),
kerangka kerja HOT Fit Model mencakup:
1.
Faktor Organisasi.
2.
Faktor kesesuaian antara manusia, organisasi, dan teknologi.
3.
Hubungan dua arah antara dimensi berikut ini: kualitas
informasi dan penggunaan sistem, kualitas informasi dan kepuasan pengguna.
Ketiga faktor ini, berhubungan dengan tujuh dimensi kesuksesan
sistem informasi yaitu Sistem Quality, Information Quality, Service Quality,
System Use, User Satisfaction, dan Net Benefit. Dimensi-dimensi ini
mempengaruhi satu dengan yang lain seperti berikut ini:
a.
System Quality, Information Quality, Service Quality secara
bersama-sama cenderung mempengaruhi System Use dan User Satisfaction.
b.
System Use dan Information Quality dapat saling mempengaruhi atau
memiliki hubungan timbal balik satu sama lain.
c.
System Use dan User Satisfaction dapat mempengaruhi degree of
User Satisfaction.
d.
System Use dan User Satisfaction secara langsung memberikan
pengaruh dan hubungan timbal balik terhadap Net Benefit.
DAFTAR
PUSTAKA
Kardha, Fransisca. 2012.
Metode Evaluasi yang sesuai bagi Sistem Informasi Pendidikan (E-Learning) di
Indonesia. Proceedings Konferensi Nasional Sistem Informasi. pp. 1266-1271.
Yusof M.M., Paul R. J., Stergioulas L. K. (2006) Towards a Framework
for Health Information System Evaluation. Proceeding of the 39th Hawaii
International Conference on System Sciences, UK.
Poluan, Frincy. Arie Lumenta
dan Alicia Sinsuw. 2014. “Evaluasi
Implementasi Sistem E-Learning Menggunakan Model Evaluasi Hot Fit Studi
Kasus Universitas Sam Ratulangi”. E-journal Teknik Informatika. Vol. 4(2):1-6 ISSN:
2301-8364.
Langganan:
Postingan (Atom)
Tentang Saya
Popular Posts
-
Alasan Memilih Jurusan Kesehatan Masyarakat UNSOED Karena peratama dorongan orang tua ingin saya masuk dalam dunia kesehatan. Dengan meni...
-
DIRA, AKU TAK MEROKOK LAGI Malam ini terasa dingin. Aku melamun sambil melihat lampu jalan yang berlarian dari kaca mobil. Setiap akhir p...
-
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH PERILAKU KESEHATAN TEORI TINDAKAN YANG DIRENCANAKAN ( PLANNED BEHAVIOR THEORY ) Disusun...
-
MAKALAH DASAR - DASAR EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Dasar - dasar Epid...
-
TUGAS TERSTRUKTUR SISTEM INFORMASI KESEHATAN HUMAN ORGANIZATION TECHNOLOGY (HOT) FIT MODEL Disusun oleh : Kelompok 4 Ke...
-
Dalam penyambutan masuknya mahasiswa baru, diadakan serangkaian acara. Salah satunya acara Pengenalan Kehidupan Kampus pada Mahasiswa Baru ...
-
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH IPA KESEHATAN (BIOLOGI) PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP KESEHATAN MANUSIA BERKAITAN DENGAN PERMASALAHAN SAMPAH...
-
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM) RUMAH SAKIT ISLAM PURWOKERTO Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Manajemen Pela...
-
TUGAS TERSTRUKTUR MATA KULIAH SOSIOLOGI KESEHATAN MAKNA BUDAYA MENGONSUMSI MENDOAN DI MASYARAKAT BANYUMAS DAN SEKITARNYA ...